Macetnya jalanan di Jakarta seperti tidak ada habisnya, terutama jalan-jalan besar seperti Jalan Sudirman & Thamrin. Banyak akibat dari macet ini, rugi waktu, uang, bahan bakar boros, polusi, global warming, dan yang cukup menggelitik akibat dari macet adalah saling menyalahkan diantara masing-masing pengguna jalan raya. Sialnya lagi..pengendara motor sering dicap sebagai biang kemacetan oleh sebagian orang, dan sekarang ini terdengar rencana peraturan baru sepeda motor dilarang melewati jalan-jalan protokol di Jakarta. Jadi rencananya,sebelum masuk jalan-jalan protokol itu disediakan tempat parkir & maksimal untuk satu motor Rp5000 untuk biaya parkir, setelah parkir pengendara motor melanjutkan perjalanan dengan bus tingkat gratis. Pro & kotra pun muncul dari peraturan ini, Bagaimana mungkin sepeda motor yang minimal hanya butuh lebar jalan 1 meter untuk melaju bisa bikin macet?
Dengan melarang sepeda motor lewat jalan protokol ini bisa jadi banyak pengendara motor beralih ke mobil, toh cicilan mobil baru sekarang pun ada yang setara dengan cicilan motor. banyak juga sebenarnya pengendara mobil pindah ke motor hanya untuk menghindari macet.
Adanya busway juga tidak banyak menolong karena busway seperti memonopoli/mempersempit jalan yang memang cuma segitu-gitunya, terkadang penumpang busway juga kecewa karena setelah menunggu lama busway telah penuh terisi. Selain itu pengendara mobil & motor juga cemburu akibatnya masuk ke jalur busway, dalam keadaan macet memang biasanya orang bisa nekat memilih, terkait karena masalah waktu, uang, dan pekerjaannya.
Mengatasi macet di Jakarta dengan busway & bus tingkat sepertinya belum bisa mengurangi kemacetan karena pastinya sering berhenti naik/turun penumpang, selain itu mengatasi macet dengan menambah busway & bus tingkat terkesan mentok karena masih menggunakan jalan raya yang itu-itu saja. Daripada pengendara motor lama nunggu bis mending sekalian pengendara motor boleh numpang di mobil-mobil pribadi kayanya lebih efektif… . Sori bro sist ngelantur, tapi sebenarnya untuk mengatasi kemacetan harus ada terobosan baru, memang di Jakarta ada proyek MRT (Mass Rapid Transit) yang rencananya selesai tahun 2018 dan proyek monorel tertunda pengerjaannya karena masalah dana & pihak developer.
Nah…di Bandung juga ada proyek MRT selain itu ada juga proyek Skybridge semacam kereta gantung. Kereta gantung termasuk sederhana cuma butuh beberapa tiang penyangga dan kabel sebagai jalurnya. Selain itu kereta gantung bisa juga menggunakan gedung-gedung bertingkat sebagai tempat transit sehingga lebih efektif & lebih fun karena bisa menikmati pemandangan di bawah… .
IMHO kereta gantung bisa juga menggantikan fungsi busway. ya.. jangan terlalu tinggi juga, seperti ini juga cukup:
Proyek Bandung Skybridge ini sebenarnya dimulai dari tahun 2012, mantan Wali Kota Bandung Dada Rosada sudah meletakkan batu pertama pembangunan cable car di Jalan Pasteur. Namun proyek tersebut terhenti karena terbentur aturan tentang pembangunan publik transportasi udara yang melintasi tanah orang, setelah masalah tentang aturan tersebut selesai, dalam kepemimpinan Wali Kota Bandung yang baru Ridwan Kamil akhirnya dilanjutkan (salut). Biaya pembuatan Bandung skybride ini sekitar 7 juta USD, masih dibawah biaya MRT & monorel yang diatas 1 triliun lebih. berikut ini detail tentang Bandung Skybridge:
Pemrakarsa & Pengembang PT Aditya Dharmaputra Persada
Presiden Direktur Sandjaya Susilo
Teknologi & Sistem Doppelmayr Garaventa Group, Austria
Jenis Angkutan Wisata
Panjang Lintasan 3 Km
Jumlah Tiang Penyangga 6-8
Jumlah Kabin 90-100 unit
Interval Tiap Kabin 10 detik
Kecepatan 20 Km/jam
Kapasitas Kabin 8 orang
Kapasitas Angkut Total Per Jam 2,500 orang
Jumlah Stasiun 3
– Pasteur (PPGL) luas 2000 m2, tinggi 30 meter
– Sukajadi (PVJ)
– Siliwangi (Sabuga)
Sumber gambar :
-skyscrapercity.com
-tempo.co
Referensi tulisan :
-skyscrapercity.com/showthread.php?s=445a452bc32413e538c1273ff1d877c1&t=1461506
-youtube.com/watch?v=wANq2dRRQEU
-youtube.com/watch?v=dDRPcL5tPqY
-youtube.com/watch?v=BFn849WLsYc